IMAN KEPADA QADA DAN QADAR
Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas pada
Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
Semester II Kelas XII
OLEH
KELOMPOK II
ALIF LOFTY 14
ANDI ARDIANSYAH 14
ANDI DEVI OKTAVIANI 14854
SRIHASTUTI 14793
ULFIANA PUTRI 14954
YULIANTI 14778
SMA NEGERI 1 WATAMPONE
TAHUN AJARAN 2012/2013
KATA
PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas Ridhonya
jualah sehingga penyusun makalah ini dapat diselesaikan
sesuai dengan harapan penulis. Begitu pula salam dan taslim tak lupa penulis
haturkan kepada Nabiullah Muhammad SAW.
Walau
hanya berbekal kemampuan yang serba terbatas,
namun tidak menjadikan melemahnya semangat jiwa untuk berusaha dan berkarya. Di
dalam makalah ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak, yang semuanya itu telah merupakan bantuan yang sangat berharga
bagi penulis. Untuk itu sepantasnyalah kiranya jika penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya dan penghargaan
yang setingi-tinginya kepada pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun makalah
ini.
Akhirnya,
dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat, khususnya dalam peningkatan mutu pendidikan dan seluruh
minat pembaca.
Semoga
segala bantuannya yang telah diberikn buat penulis mendapat imbalan yang
setimpal dari Allah.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Judul
Kata
Pengantar ii
Daftar
Isi iii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang 1
B.
Rumusan Masalah 1
C.
Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Iman Kepada Qada dan Qadar 2
B. Tanda-Tanda
Beriman Kepada Qada dan Qadar 4
C. Kewajiban
Mengimani Qada dan Qadar 5
D. Posisi
Manusia Terhadap Qada dan Qadar 8
E. Fungsi
Beriman Kepada Qada dan Qadar 8
F.
Hikmah Beriman Kepada Qada dan Qadar` 10
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan 12
B. Saran 12
DAFTAR
PUSTAKA 13
BAB I
PENDAHULUAN
v LATAR BELAKANG
Iman
adalah aspek agama Islam yang paling mendasar, dan bisa disebut pondasi dari
setiap agama. Bila sistem iman rusak, maka runtuhlah bangunan agama secara
keseluruhan. Dalam agama Islam iman ini terbagi enam, yaitu: iman kepada Allah,
RasulNya, Malaikatnya, Kitab-kitabNya, Hari akhir, dan qadha & qadar.
Didalam
makalah ini, kami akan membahas mengenai “Qadha dan Qadar” yang mana didalamnya
adalah: pengertian, iman kepada qadha dan qadar, dan hikmah beriman kepada
qadha dan qadar. Untuk menyempurnakan makalah ini, kami mengharapkan kritik dan
saran dari para uadiens.
v RUMUSAN
MASALAH
1.
Menjelaskan
Pengertian Qada dan Qadar?
2.
Menjelaskan
tanda-tanda beriman kepada Qada dan Qadar?
3.
Menjelaskan
Kewajiban Mengimani Qada dan Qadar?
4.
Menjelaskan
posisi manusia terhadap Qada dan Qadar?
5.
Menjelaskan
fungsi beriman kepada Qada dan Qadar?
6.
Menjelaskan
Himah beriman Kepada Qada dan qadar?
v TUJUAN
1.
Untuk
memperdalam ilmu mengenai Iman kepada Qada dan Qadar.
2.
Untuk
dijadikan referensi kepada pembaca yang ingin mendalami tentang iman kepada
Qada dan Qadar
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN QADA DAN QADAR
Dalam
al-qur’an kata qada berarti hukum atau keputusan (Q.S. An-Nisa : 65) perintah
(q.s al-Isra’ :23), kehendak (Q.S Ali Imran :47) dan mewujudkan atau menjadikan
(Q.s. Fussilat:12) . sedangkan kata qadar berarti kekuasaan atau kemampuan
(Q.S.Al-Baqarah:236), ketentuan atau kepastian (Q.S. AL Mursalat:23), ukuran
(Q.S.Ar-Ra’d:17) dan mengatur ser ta menentukan sesuatu menurut batas –
batasnya (Q.S. Fussilat : 10).
Ulama Asy’ariah, yang dipelopori oleh Abu
Hasan Al-Asy’ari (wafat di Basrah tahun 330 H), berpendapat bahwa qada ialah
kehendak Allah SWT mengenai segala hal dan keadaan, kebaikan atau keburukan,
yang sesuai dengan apa yang akan diciptakan dan tidak akan berubah-ubah sampai
terwujudnya kehendak tersebut. Sedangkan qadar adalah perwujudan kehendak Allah
SWT terhadap semua makhluk-Nya dalam bentuk – bentuk dan batasan – batasan
tertentu, baik mengenai zat-zatnya ataupun sifat-sifatnya.
Rasulullah bersabda :
Artinya
:”Iman I tu ialah engkau percaya pada
Allah, para Malaikat-Nya, kitab-kitabNya, para RasulNya, hari akhirat, dan
engkau percaya pada qadar yang baiknya ataupun yang buruk (H.R. Muslim) .
Iman kepada qada dan qadar dalam ungkapan
sehari –hari lebih populer dengan sebutan iman kepada takdir, Iman kepada
takdir berarti percaya bahwa segala apa yang terjadi di alam semesta ini,
seperti adanya siang dan malam, adanya tanah yang subur dan yang tandus, hidup
dan mati, reseki dan jodoh seseorang merupakan kehendak dan ketentuan Allah
SWT.
Hukum beriman kepada takdir adalah fardu
ain. Seseorang yang mengaku Islam, tetapi tidak beriman pada takdir dapat
dianggap murtad. Ayat – ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang iman kepada
takdir cukup banyak antara lain :
ôMs9$s% Éb>u 4¯Tr& ãbqä3t Í< Ó$s!ur óOs9ur ÓÍ_ó¡|¡ôJt ×|³o0 ( tA$s% Å7Ï9ºx2 ª!$# ß,è=÷t $tB âä!$t±o 4 #sÎ) #Ó|Ós% #\øBr& $yJ¯RÎ*sù ãAqà)t ¼çms9 `ä. ãbqä3usù ÇÍÐÈ
Artinya
:”Apabila Allah hendak menetapkan
sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadaNya:”Jadilah”, lalu jadilah dia” (Q.S. Ali – Imran :47)
$¨B tb%x. n?tã ÄcÓÉ<¨Y9$# ô`ÏB 8ltym $yJÏù uÚtsù ª!$# ¼çms9 ( sp¨Zß «!$# Îû tûïÏ%©!$# (#öqn=yz `ÏB ã@ö6s% 4 tb%x.ur ãøBr& «!$# #Yys% #·rßø)¨B ÇÌÑÈ
Artinya : “dan
ketetapan ALLAH itu suatu ketetapan yang pasti berlaku(Q.S. Al-Ahzab:38)
Apakah manusia
itu musayyar (dipaksakan oleh ketentuan Allah) atau mukhayyar (diberi kebebasan
untuk menentukan pilihannya sendiri)?. Tidak benar kalau dikatakan manusia itu
mutlak, tetapi juga keliru jika dikatakan manusia itu mutlak mukhayyar.
Hal-hal yang musayyar misalnya, setiap
manusia yang hidup di bumi tubuhnya tidak bisa terbebas dari gaya tarik bumi,
beberapa organ tubuh manusia seperti paru – paru, jantung, alat pernapasan, dan
peredaran darah bekerja secara otomatis diluar kesadaran atau perasaan, bahkan
ketika manusia tidur sekalipun.
Hal – hal yang mukhayyar misalnya, manusia
mempunyai kebebasan untuk memilih dan berbuat sesuai dengan kodratnya sebagai
makhluk. Allah SWT melalui RasulNya telah memberikan petunjuk tentang jalan
yang lurus, yang harus ditempuh manusia, kalau ia inginmasuk surga, dan jalan
yang sesat yang harus dijauhi manusia, kalau ia tidak ingiin masuk neraka.
Allah SWT berfirman :
çm»oY÷yydur ÈûøïyôÚ¨Z9$# ÇÊÉÈ
Artinya
:”dan kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (jalan kebajikan dan jalan
kejahatan(Q.S.AL-Balad:10)
B.
TANDA-TANDA BERIMAN KEPADA QADA DAN
QADAR
Tanda-tanda
keimanan kepada qada dan qadar itu antara lain:
1. Menyadari
dan menyakini bahwa segala apa yang diperoleh dan dialami oleh manusia baik
berupa nikmat ataupun musibah pada hakikatnya merupakan ketentuan dan kehendak
Allah, yang telah tertulis dalam buku induk (lauh Mahfuz), yang sesuai pula dengan ilmu Allah Yang Mahaluas lagi Mahasempurna.
Selain
itu orang yang beriman kepada qada dan qadar (takdir), tentu akan menyadari
bahwa nikmat dan musibah itu hakikatnya merupakan ujian dari Allah SWT.
2. Orang
yang beriman kepada takdir menyadari bahwa ia tidak mengetahui apa yang akan
menimba dirinya, apakah bencana ataukah nikmat. Kewajiban manusia ialah
berikhtiar dan bertawakal agar memperoleh nikmat dan terhindar dari bencana.
Berikut ini akan dijelaskan mengenai
ikhtiar dan tawakal, sebagai tanda-tanda keimanan kepada qada dan qadar
(takdir).
1. Ikhtiar
Islam
melarang setiap pemeluknya untuk menganut fatalisme, yaitu paham atau ajaran
yang mengharuskan berserah diri pada nasib dan tidak perlu berikhtiar, karena
hidup manusia dikuasai dan ditentukan oleh nasib. Fatalisme adalah paham yang
keliru, menyimpang dari ajaran tentang iman pada takdir, penghambat kemajuan
dan penyebab kemunduran umat.
Diantara
cara-cara yang harus ditempuh agar suatu usaha berhasil adalah sebagai berikut:
a. Menguasai
bidang usaha yang dilaksanakannya.
b. Berusaha
dengan sungguh-sungguh.
c. Melandasi
usahanya dengan niat ikhlas karena Allah.
d. Berdoa
kepada Allah agar memperoleh pertolongan-Nya.
Dalam
surah yang lain, Allah SWT berfirman yang artinya, “Dan bahwasanya seseorang manusia tiada memperoleh selain apa yag
diusahakannya. Dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya).
Kemudian dia akan diberi balasan yang paling sempurna, dan bahwasanya kepada
Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu). (Q.S. An-Najm, 53: 39-42)
2. Tawakal
Setiap
muslim/muslimah yang betul-betul beriman kepada takdir, selain wajib untuk
berikhtiar, juga wajib bertawakal kepada Allah SWT. Dalam hal ini Allah SWT
berfirman sebagai berikut: “Kemudian apabila
kamu telah mmbulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakal. (Q.S. Ali ‘Imran, 3:159)
Selain
itu Allah SWT juga berfirman :
Artinya
: “katakanlah:
"Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan
Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang
yang beriman harus bertawakal.”. (Q.S. At-Taubah, 9:51)
Menurut istilah bahasa, tawakal
pada Allah berarti berserah diri pada Allah atau menggantungkan diri pada Allah
SWT. Sedangkan menurut ajaran islam tawakal pada Allah berarti berserah diri
pada qada dan qadar Allah, setelah berusaha(berikhtiar) sekuat mungkin sesuai
dengan kwajiban sebagai manusia
C.
KEWAJIBAN
MENGIMANI QADA DAN QADAR
Beriman kepada qadha dan qadar Allah
adalah satu rukun iman. Hal itu sebagaimana jawaban Rasulullah Saw. kepada
Jibril As. ketika ia bertanya tentang iman. Nabi bersabda:
D. ﺃﻥ ﺗﺅﻣﻥ ﺑﺎﷲ ﻭﻣﻼﺋﻛﺗﻪ ﻭﻛﺗﺑﻪ ﻭﺭﺳﻟﻪ
ﻭﺍﻟﻳﻭﻡ ﺍﻵﺧﺭﻭﺗﺅﻣﻥ ﺑﺎﻟﻗﺩﺭﺧﻳﺭﻩ ﻭﺷﺭﻩ
“Hendaknya
engkau beriman kepada Allah, para malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya,
hari akhir dan hendaknya engkau beriman kepada qadar yang baik maupun yang
buruk.” (HR. Muslim)[1][10]
Orang Islam di samping wajib percaya
kepada Allah, malaikat, kitab-kitab-Nya, rasul, dan hari akhirat, ia juga wajib
percaya kepada takdir Allah, yang baik dan yang buruk dan merupakan ketentuan
Allah SWT.
Abu Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah Saw bersabda :
الايمان بالقدر يذهب الهم و الحزن (رواه الحا كم والقضيعي)
Artinya : “Iman kepada
Qadar menghilangkan kebingungan dan kesedihan”
الايمان بالقدر نظا م التوحيد (رواه الديلمي
Artinya : “Iman terhadap Qadar itu adalah aturan tauhid”.
Harus diyakini bahwa yang
menciptakan dunia ini adalah Allah, Allah pulalah yang menentukan segala-galanya,
Allah telah menentukan perjalanan alam ini, sejak zaman azali, zaman purbakala,
dan sebelum dunia ini ada. Ketentuan-ketentuan mengenai umur manusia, laki-laki
atau perempuan, kaya atau miskin, mendapat umur yang panjang atau pendek.
Semuanya ditentukan oleh Allah SWT
Sesungguhnya keimanan setiap manusia kepada Qadha dan qadar,
tidaklah bertentangan dengan keyakinan bahwa hamba memiliki kehendak dan
kemampuan dalam perbuatan ikhtiarnya, sebab syari’at dan fatwanya menunjukkan
hal tersebut. Sebagaimana firman Allah:
E.
y7Ï9ºsŒ ãPöqu‹ø9$# ‘,ptø:$# ( `yJsù uä!$x© x‹sƒªB$# 4’n<Î) ¾ÏmÎnu‘ $¹$t«tB ÇÌÒÈ [2][12]
“Maka
barang siapa yang menghendaki, niscaya ia menempuh jalan kembali kepada
Tuhannya.”
Adapun menurut faktanya, setiap
manusia menyadari bahwa dirinya memiliki
kehendak dan kemampuan untuk berbuat atau meninggalkan sesuatu. Dan juga bisa
membedakan antara apa yang terjadi dengan kehendaknya seperti berjalan atau
yang terjadi diluar kehendaknya seperti menggigil.
Kehendak yang diberikan Allah kepada
manusia, yaitu kehendak memilih, menentukan dan memutuskan berbuat baik atau
buruk. Ia memberikan akal-budi dan berbagai rangsangan sehingga dengan
usaha-usahanya sendiri, ia dapat mengejar dan menggarap segala kemungkinan. Ia
juga telah memberinya suatu kecendrungan kearah kebaikan.
Disamping itu, ia telah memberinya petunjuk melalui wahyu
dan ilham, dan telah menganjurkan untuk menolak kejahatan dengan kebaikan,
melawannya dengan yang lebih baik. Allah tidak pernah mengubah rahmat yang
telah dilimpahkanNya kepada suatu kaum, sehingga mereka mengubahnya sendiri
Memang
kita tidak dapat beralasan dengan qadar, terhadap sesuatu pekerjaan yang kita
mengerjakannya dan tidak pula terhadap sesuatu pekerjaan yang kita
meninggalkannya. Oleh karena itulah al-Qur’an mencela orang-orang musyrikin
yang beralasan dengan qadar untuk tetap berpegang teguh kepada syirik. Dan
Tuhan mencela orang-orang yang beralasan dengan qadar untuk nekad mengerjakan
sesuatu kejahatan, atau meninggalkan sesuatu kebajikan
Ridha terhadap qadha dan qadar merupakan kewajiban bagi
orang Muslim, karena hamba disuruh untuk bersyukur jika mendapat nikmat atau
hal-hal yang menyenangkan dan bersabar apabila mengalami kesusahan/musibah.
Iman seseorang dapat dillihat dari
qadhar ridhanya terhadap qadha dan qadar. Apakah ia ridha/kecewa dengan
kesulitan dan penderitaan yang menimpa dirinya. Apakah ia bersyukur/lupa
daratan dengan kesenangan/nikmat yang dilimpahkan Allah kepadanya, karena semua
itu adalah amanah dari Allah yang harus kita pelihara baik-baik, sehingga
apapun pekerjakan kita, kita lakukan dalam rangka menyampaikan amanah Allah.
Sehingga apa pun keadaan yang
ditentukan Allah kepada kita jika kita terima dengan ridha, betapa pun beratnya
beban itu, kita tidak merasakannya sebagai beban, semua pekerjaan akan terasa
ringan
v POSISI
MANUSIA TERHADAP QADA DAN QADAR
1.
Gambaran
tentang penciptaan
a.
Bahwa ilmu adalah meliputi segala
sesuatu yang terjadi dan yang akan terjadi.
b. Bahwa iradah Allah SWT bebas merdeka
tidak terpengaruhi oleh apapun, juga tidak ada paksaan.
c.
Bahwa qudrah-Nya untuk menciptakan
apa-apa yang berkaitan dengan iradah-Nya dan qudrah-Nya untuk meniadakan segala
sesuatu adalah qudrah yang sempurna.
d. Bahwa Dia berkehendak memilih yang
paling sempurna dalam menciptakan kemaslahatan, tanpa paksaan ataupun tekanan
semuanya adalah karena tuntunan kesempurnaan Allah SWT.
e.
Bahwa keadilan-Nya adalah sempurna,
dan Allah tidaklah menzalimi seorangpun.
2.
Posisi
manusia terhadap berbagai kemungkinan
Segala
perbuatan manusia tidak terlepas dari salah satu dari tiga kemungkinan berikut
:
a.
Manusia benar-benar terampas
kehendak bebasnya.
b. Manusia adalah makhluk yang
dianugerahi kehendak bebas dan mempunyai kemampuan untuk mengarahkan kehendak
itu hingga batas-batas tertentu, tanpa berkuasa menentukan hasilnya.
c.
Manusia adalah makhluk yang
dianugerahi kehendak bebas, dan kehendak tersebut mampu menggerakkan qudrah
“kekuatannya”, dan kekuatan tersebut juga mampu mewujudkan sebagian hasil tanpa
dianugerahi oleh qudrah ilahi.
v FUNGSI
BERIMAN KEPADA QADA DAN QADAR
Allah SWT
mewajibkan umat manusia untuk beriman kepada qada dan qadar (takdir), yang
tentu mengandung banyak fungsi (hikmah atau manfaat), yaitu antara lain :
v Memperkuat
keyakinan bahwa Allah SWT, pencipta alam semesta adalah tuhan Yang Maha Esa ,
maha kuasa, maha adil dan maha bijaksana. Keyakinan tersebut dapat mendorong
umat manusia (umat islam) untuk melakukan usaha-usaha yang bijaksana, agar
menjadi umat (bangsa) yang merdeka dan berdaulat. Kemudian kemerdekaan dan
kedaulatan yang di perolehnya itu akan di manfaatkannya secara adil, demi
terwujudnya kemakmuran kesejahteraan bersama di dunia dan di akherat.
v Menumbuhkan
kesadaran bahwa alam semesta dan segala isinya berjalan sesuai dengan ketentuan
– ketentuan Allah SWT (sunatullah) atau hukum alam. Kesadaran yang
demikian dapat mendorong umat manusia (umat islam) untuk menjadi ilmuan-ilmuan
yang canggih di bidangnya masing-masing, kemudian mengadakan usaha-usaha penelitian
terhadap setiap mahluk Allah seperti manusia, hewan, tumbuhan, air, udara,
barang tambang, dan gas. Sedangkan hasil – hasil penelitiannya di manfaatkan
untuk meningkatkan kesejahteraan manusia kearah yang lebih tinggi. (lihat dan
pelajari Q.S. Almujadalah, 58 : 11)
v Meningkatkan
ketakwaan kepada Allah SWT. Iman kepada takdir dapat menumbuhkan kesadaran
bahwa segala yang ada dan terjadi di alam semesta ini seperti daratan, lautan,
angkasa raya, tanah yang subur, tanah yang tandus, dan berbagai bencana alam
seperti gempa bumi, gunung meletus, serta banjir semata-mata karena kehendak,
kekuasaan dan keadilan Allah SWT. Selain itu, kemahakuasaan dan keadilan Allah
SWT akan di tampakkan kepada umat manusia, takkala umat manusia sudah meninggal
dunia dan hidup di alam kubur dan alam akhirat. Manusia yang ketika di dunianya
bertakwa, tentu akan memperoleh nikmat kubur dan akan di masukan kesurga,
sedangkan manusia yang ketika di dunianya durhaka kepada Allah dan banyak
berbuat dosa, tentu akan memperoleh siksa kubur dan di campakan kedalam neraka
jahanam. (lihat dan pelajari Q.S. Ali Imran, 3 : 131 – 133).
v Menumbuhkan
sikap prilaku dan terpuji, serta menghilangkan sikap serta prilaku tercela.
Orang yang betul-betul beriman kepada takdir (umat islam yang bertakwa ) tentu
akan memiliki sikap dan prilaku terpuji seperti sabar, tawakal, qanaah, dan
optimis dalm hidup. Juga akan mampu memelihara diri dari sikap dan prilaku
tercela, seperti: sombong, iri hati, dengki, buruk sangka, dan pesimis dalam
hidup. Mengapa demikian? Coba kamu renungkan jawabannya! (lihat dan pelajari
Q.S. Al-Hadid, 57 : 21-24)
v Mendorong umat
manusia (umat islam) untuk berusaha agar kualitas hidupnya meningkat, sehingga
hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini.
Umat manusia (umat islam) jika betul-betul beriman kepada takdir, tentu dalam
hidupnya di dunia yang sebenar ini tidak akan berpangku tangan. Mereka akan
berusaha dan bekerja dengan sungguh-sungguh di bidangnya masing-masing, sesuai
dengan kemampuannya yang telah di usahakan secara maksimal, sehingga menjadi
manusia yang paling bermanfaat. Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
“sebaik-baiknya manusia ialah yang lebih bermanfaat kepada manusia”. (H.R.
At-Tabrani).
F.
HIKMAH BERIMAN KEPADA QADA DAN QADAR
Allah
SWT mewajibkan umat manusia untuk beriman kepada qada dan qadar (takdir) yang tentu mengandung banyak hikmah
, yaitu antara lain :
Menumbuhkan kesadaran bahwa alam semesta
dan segala isinya berjalan sesuai dengan ketentuan – ketentuan Allah swt (sunnatullah
atau hokum alam ). Kesadaran demikian dapat mendorong umat manusia (umat Islam)
untuk menjadi ilmuan – ilmuan yang canggih di bidangnya masing – masing ,
kemudian mengadakan usaha – usaha penelitian terhadap setiap makhluk Allah
seperti manusia, hewan, tumbuhan, air , udara, barang tambang dan gas.
Sedangkan hasil – hasil penelitiannya dimanfaatkan untuk meningkatkan
kesejahteraan manusia kea rah yang lebih tinggi. (lihat dan pelajari Q.S.
Al-Mujadillah:11)
Meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT
. Iman kepada takdir dapat menumbuhkan kesadaran bahwa segala yang ada dan
terjadi di alam semesta ini , bahkan sehelai daun yang gugur, terjadi dengan
sepengetahuan karena kehendak, kekuasaan, dan keadilan AllahSWT. (Lihat dan
pelajari Q.S. AL-An’am :59 )
Menumbuhkan sikap dan perilaku terpuji,
serta menghilangkan sikap serta perilaku tercela. Orang yang betul – betul
beriman kepada takdir ( umat islam yang bertakwa ) tentu akan memiliki sikap
dan perilaku terpuji seperti sabar, tawakal, qana’ah, dan optimis dalam hidup. Juga akan mampu memelihara diri
dari sikap dan perilaku tercela seperti : sombong, iri hati, dengki, buruk
sangka, dan pesimis dalam hidup. (lihat dan pelajari Q.S. Al-Hadid:21-24)
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1. Dari pembahasan diatas dapat
disimpulkan, bahwa qadha dan qadar ialah ketetapan Allah dan menertipkan segala
sesuatu menurut apa yang kehendakiNya. Apa yang Allah telah takdirkan di masa
azali yakni akan terjadi sesuai dengan ilmu Allah dan kehendakNya yang azali.
2. Sesungguhnya keimanan setiap manusia
kepada Qadha dan qadar, tidaklah bertentangan dengan keyakinan bahwa hamba
memiliki kehendak dan kemampuan dalam perbuatan ikhtiarnya. Kehendak yang
diberikan Allah kepada manusia, yaitu kehendak memilih, menentukan dan
memutuskan berbuat baik atau buruk. Ia memberikan akal-budi dan berbagai
rangsangan. Dan juga telah memberinya suatu kecendrungan kearah kebaikan.
3. Disamping itu, ia telah memberinya
petunjuk melalui wahyu dan ilham, dan telah menganjurkan untuk menolak
kejahatan, melawannya dengan yang lebih baik. Allah tidak pernah mengubah
rahmat yang telah dilimpahkanNya kepada suatu kaum, sehingga mereka mengubahnya
sendiri.
4. Ridha terhadap qadha dan qadar
merupakan kewajiban bagi orang Muslim, karena hamba disuruh untuk bersyukur
jika mendapat nikmat atau hal-hal yang menyenangkan dan bersabar apabila
mengalami kesusahan/musibah.
5. Ada beberapa hikmah yang dapat dipetik
dari keimanan kepada takdir.
B. SARAN
1. Diharapkan siswa dapat lebih
memperdalam ilmu mengenai ilmu kepada Qada dan Qadar.
2. Sekolah sebaiknya lebih menyediakan
buku referensi mengenai Iman kepada Qada dan Qadar.
DAFTAR PUSTAKA
A’la,
Abdul Al-Maududi, dkk, Esensi Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1997
Alfat,
Masan, dkk, Aqidah Akhlak, Semarang:
Karya Toha Putra, tt.
Aziz,
Abdul Bin Muhammed, Tauhid Untuk Tingkat
Pemula Dan Lanjutan, Saudi Arabia: tp., 1422
Hasbi, M.
Ash Shiddieqi, Sejarah Dan Pengantar Ilmu
Tauhid / Kalam, Jakarta: Bulan Bintang, 1973
Hubarakah, Abdurrahman. Pokok-Pokok
Akidah Islam, Jakarta : Gema Insani, 1998
Mulyadi, Aqidah Akhlak, Semarang: Karya Toha
Putra, 2004