Sunday, November 4, 2012

Dibalik kata PENDIDIKAN

Dibalik kata PENDIDIKAN

         Pendidikan. Kata yang sudah tidak asing kita dengar, tapi juga sulit untuk menafsirkan Pendidikan itu sendiri. Disini sebenarnya saya tidask mempuanyai tujuan apakah ingin mengungkapkan opini, saran, masukan, pengalaman, atau pun liputan mengenai pendidikan saat ini. Saya hanya ingin mengungkapkan bagaimana pendidikan menurut saya, bagaimana pendidikan yang ada di benak saya, dan bagaimana pendidikan yang saya dapat dan saya jalani sampai sekarang ini

     Dimulai dari bagaimana pendidikan yang secara blak-blakan dan terang-terangan yang sudah diperlihatkan oleh pemerintah. Bagaimana pemerintah memberikan perhatian yang sudah bisa di bilang baik bagi pendidikan di Indonesia. Baik disini dalam artian pemerintah sudah mempunyai rencana pendidikan bagi putra-putri bangsa bukan dalam artian telah baik dalam mengaplikasikan pendidikan yang telah mereka rencanakan.

         Pemerintah memberikan bantuan berupa materi yang cukup besar dalam dunia pendidikan. Memang jika kita hanya memperhatikan sekilas kita akan melihat perhatian yang sangat besar dari pemerintah untuk pendidikan. Tapi, jika kita balik sedikit dari tirai "Bantuan Dana" itu kita akan melihat bagaimana pemerintah ingin mensejahterakan lebih banyak lagi para orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Koruptor. Kalau memang sekarang banyak sekali kasus korupsi terungkap di layar TV, tapi semua itu hanya berpusat di suatu daerah saja. Hanya melihat dari kasus korupsi di Ibu Kota. Bagaimana dengan daerah-daerah lain. Dimana pemerintah memberikan bantuan yang sangat besar untuk menyetarakan pendidikan dan dilihap begitu saja oleh orang-orang yang diberi tanggung jawab tersebut.

         Daerah-daerah di wilayah Indonesia Timur misalnya. Para koruptor mempunyai motto yang sama "Jika saya tidak mengambilNYA pasti akan ada orang lain yang akan mengambilnya. Apalagi di daerah yang sangat ketat dengan hukum adat dimana penguasa tetap akan menguasai segalanya.

         Saya adalah seorang siswa SMA kelas XII jurusan IPA. Dan saya amata bangga bisa masuk ke jurusan IPA. Tapi tahukah kenapa semua teman-teman saya berlomba untuk masuk ke jurusan IPA, padahal mungkin ada bakat yang sangat besar di jurusan IPS dan BAHASA. Ketidaksetaraan. Entah mengapa di daerah saya sendiri Jurusan selain IPA sangat dianggap rendah, dan hal itu pun didukung dengan para guru yang masih ada beberapa yang kurang berkualitas. Padahal jika dilihat dari pandangan ke depan Jurusan-jurusan selain IPA itu juga mempunyai tempat yang sangat baik di masyarakat. Jika tiba saatnya pemilihan jurusan, setiap orang tua murid pasti akan ketakutan jika anaknya tidak masuk ke dalam Jurusan IPA. Dan seperti yang kita ketahui, semua cara pasti akan dilakukan. Profesionalitas pun sudah tidak dihiraukan lagi dalam hal ini.

          Jika masuk lebih dalam lagi mengenai materi pelajaran yang diajarkan di sekolah, mungkin sebagian besar materi itu menyenangkan. Tapi, ada masalah yang mungkin tidak pernah dilihat oleh oleh pemerintah. Guru memang punya pendidikan dan ilmu yang banyak untuk memenuhi kualifikasi sebagai pengajar, tetapi ada sebagian kecil yang tidak mampu menerapkan metode yang benar dalam mengajar. Apalagi pada pelajaran yang sudah sering dibilang "Membosankan" oleh siswa, ditambah lagi dengan guru yang membosankan dan jika menjelaskan pelajaran tidak tahu arahnya kemana. Semua itu bukan salah siswa karena memperoleh nilai yang buruk, bukan siswa yang malas belajar, tetapi pengajar yang sulit mengajar siswa.

           Kurikulum pendidikan. Mengapa kita tidak berhak mendapatkan pelajaran yang kita senangi? Kenapa kita harus terikat dengan begitu banyak mata pelajaran? Apakah pembuat kurikulum tidak mengerti bagaimana membosankannya jika mempelajari pelajaran yang tidak kita senangi.

           Adanya hubungan erat anatara tenaga pengajar dengan siswa. Hal ini memang merupakan hal yang sepele. Tapi tahukah kita bahwa ada sebagian siswa yang hanya ongkang-ongkang kaki tetapi mendapatkan nilai yang baik di sekolah. Kasus ini sudah banyak terungkap di daerah Jawa. Dimana para tenaga pengajar bnyak yang memanipulasi nilai untuk meluluskan "Seorang Anak Eman" dengan nilai yang baik. Mungkin pemerintah sulit untuk menangani hal ini, Tapi hal ini jugalah yang sangat mempengaruhi dan menyebabkan moral anak bangsa sangat buruk.

           Perlakuan yang tidak adil di sekolah. Hal ini biasanya dilakukan pada anak yang bukan siapa-dengan dengan anak yang memiliki apa-apa. Secara tidak langsung dapat mempengaruhi siswa. Siswa yang biasanya mendapatkan perlakuan yang tidak adil biasanya akan melakukan hal diluar kendali. Bahkan ada siswa yang bahkan menyerah untuk belajar. Dimana dia sudah belajar mati-matian tetapi yang menang selalu saja si Anak Emas. Ketidakprofesonalitas tenaga pengajar yang buruk merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam hal ini. Tetapi tingkat profesionalitas disegala profesi memang sangat sulit untuk diukur. Mugkin Pemerintah lebih harus memberikan perhatian lebih  lagi terhadap pendidikan, tidak hanya dengan terus memberikan perhatian berupa dan materi semata.

            

Blogger news

Blogroll