Tuesday, March 20, 2012

Adevioktaviani's Diary (March-20-2012)

Adevioktaviani's Diary (March-20-2012)

Selasa,,
Diantara semua hari, hari selasa memang merupakan hari yang paling sibuk bagi kelas XI IPA 1...
Bayangin aja,, mapel mtk,sejarah,Kn, n kimia disatuin dalam satu hari,,
Semua mapel itu punya tugas,,Ampuunn dehhh...
Belum lagi bukunya yang sekarung, bikin tas kita pengen putus,,

Hari ini memang gak ada yang spesial menurutku,,yah seperti hari selasa pada umumnya yahh...
di awali dengan belajar mtk mengenai limit,, seru juga...
dilanjutin dengan sejarah,,diskusi,,dan seperti biasa,,sedikit merenggut jam istirahat,,
kemudian Kn,, diskusinya seru,, hehehe,,
kayanya jadi pembicara itu seru,, apalagi mengenai politik,, jadi kepengen...
Kimia,,kerja tugas,,
Hmmm,,tapi ada tadi kejadian yang sedikit membuat ak jengkel,,
jengkel banget malahan,,

tapi gak usah dibahas lah,,biarlah hati ini yang memendamnya sendiri,,
wahahahayyyy,,,

wahahayy,,
Tapi sebelumnya ada yang lucu,,katanya CIyahhh lagi marah,,gk tau krn apa,,malahan Diana udah panik banget,,lucu juga kaloo ngeliat ekspresinya...
Yah,,waktu pulang sekolah harusnya kan sholat dulu,,tapi,,Diana,,Ciyah,,Akifahh,,Ade,,sma Miaa,,semuanya pada kena M,,wahaha,,janjian kayaknya..

Pulang kerumah yah gitu-gitu ajah,,
ngabisin waktu dihadapan laptop,,
dengerin lagu,,download segala macam apalah buat ngilangin BT,,salah satunya dengan nulis kaya gini,,
sebenarnya sore ini ada kegiatan ngecet bareng,,katanya sih sebelum UN meja-meja dikelas itu harus pada bersih,,tapi tau dah,,maless ajah pergi,,apalagi peringatan ketua kelasnya harus bawa duit buat patungan,,
udah tau kantong kering,,mau dikerok lagi,, :'(,, krisis moneter kayanya emang udah melanda ak saat ini (tau dah,,krisis moneter itu artinya apaan,,tapi tadi aku denger ini dari cici)...

Sebenarnya,,sebagai siswa yang baik,,yah aku harus belajar,,
apalagi kamis nanti ada dua mapel yang ada ULnya,,tapi kok face ini gak mau beralih dari layar laptop...
Sambil dengerin lagu "David Guetta Ft. Usher - Without You",,kayanya waktu udah berhenti buat ngerjain sesuatu yang malas-malasan ini...
Withoutt Youuu...
Sambil sesekali nyanyi2 gk jelas,,
Ehh,,ku denger lagu ini gak ada apa-aapa yah,,cman enak banget buat didenger,,kalo gk percaya,,coba aja didengerin,,

i can't win, i can't reign 
i will never win this game without you 
without you 
i am lost, i am vain 
i will never be the same without you 
without you 
i won't run, i won't fly 
i will never make it by without you 
without you 
i can't rest, i can't fight 
all i need is you and i without you 
without you 


Emangnya kalau ada kamu aku bisa terbang??
wahahah,,lucu juga,,


Wednesday, March 7, 2012

Cerpen "JERAWAT"


Ini cerpen dulu pengen gue kirim pada waktu ada lomba cerpen yang brosurnya di pasang di mading. Tapi, gak ada waktu buat nyelesai'innya,,jadi kegantung,,
Yahh.. Gue yakin sih,, gak bakalan menang juga,, soalnya cerpennya ancurr bangett..
:p
Yahh,,Moga bisa ngisi waktu dengan baca cerpen kegantung gue ini..
Hahahahah
Tema : apa aja boleh
JERAWAT

               
                Pagi yang indah. Aku bangun pagi kali ini. Ku buka jendela kamar, dan ku hirup udara pagi yang segar. Rasanya seperti melayang-layang di atas sebuah hutan tropis di Antartika.
“Hmm memangnya ada hutan di Antartika?” kata hati kecilku.
“Entah ada atau tidak, yang jelas perasaanku kali ini terasa sangat damai. Kalau gak bisa jauh-jauh, cukup hutan tropis di Lemoape saja”  kata hati besarku. (Lemoape merupakan sebuah kampung, kecamatan, desa, atau apalah namanya di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Lemoape itu adalah tempat tinggal salah seorang teman yang sangat berharga buat teman aku.)
Tiba-tiba suara buruk dan kejam itu menyeruap masuk. Memanggil namaku dengan kasarnya. Mengusir segala kedamaian, keindahan, dan ketentraman hati yang ku alami pagi hari ini. Suara itu seperti angin kutub utara yang merayap masuk ke dalam tubuhku, membekukan tulangku. Suara itu seperti bom atom di Jepang yang dapat membuat orang yang mendengarnya menjadi tak berkutik, dan hanya bisa berpasrah untuk menyerahkan jiwa dan raganya.
“Kiki” panggilnya
“Iya” jawabku
“Kiiikiiiii” nadanya sekarang sedikit jengkel. Tapi aku tak tahu kenapa. Aku bahkan belum melakukan sesuatu apa pun pagi ini. Mana mungkin aku telah berbuat salah.
“Iyaaa” jawabku tetap halus.
Tak ada jawaban. Suara itu menghilang. Aku bahagia, senang, gembira. Entah apa yang dapat melukiskan perasaanku saat ini. Kedamaian pagi yang sejuk itu kembali. Aku menundukkan kepala, menutup mata dan membiarkan pikiranku kosong. Membiarkan kedamaian membawaku kemana pun ia ingin membawaku.
“Kiki” suara itu datang lagi. Namun, dengan nada yang sedikit lebih lembut.
“Iya” jawabku lagi.
                Seakan hujan turun dari langit di pagi yang cerah. Badanku basah kuyup. Entah darimana hujan ini turun. Baru sekitar lima detik aku menutup mata setelah melihat meronanya matahari pagi.
“Hujan? Apa ini hujan?” kataku.
“Kiiiikkkkiiiiiii….. Bangggggguuuuunnnnnnnnnnnnnnnnn”
Aku tersentak. Ku buka kedua mata lebar-lebar seakan bola mata ini hampir terloncat kaget dan berlari melarikan diri dari sang empunya. Mungkin mereka akan hidup bahagia di suatu tempat. Tempat dimana seluruh pasangan bola mata berkumpul untuk merayakan kebebasan mereka. Membangun sebuah perkampungan yang indah dengan pemandangan alam yang mempesona. Lucu juga kalau dibayangin.
“Ibu?” ucapku dengan heran. Memandang wajahnya yang memerah seakan mendidih dengan suhu 100 derajat Celsius. Di tangan kanannya ada sebuah gayung. Setelah berpikir sejenak, aku baru sadar, ternyata dari gayung itulah hujan itu berasal.
“Ibu, ibu. Bangun. Ini sudah jam berapa? Kamu mau terlambat ke sekolah lagi? Bangun.” Bentaknya dengan keras.
“Hahhh. Sekolah? Ini sudah jam berapa bu? Aduhh” Jawabku terkejut.
“Ini sudah jam tujuh tau. Bangun anak malas!!”
                Tanpa pikir panjang aku langsung beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi. Tanpa menoleh sedikit pun untuk melihat wajah ibuku yang sudah berubah menjadi monster yang seakan siap menerkamku. Gayung di tangannya seakan telah berubah menjadi sebuah senjata yang siap melepaskan pelurunya jika sedetik saja aku berhenti berlari.
                Aku kayuh sepeda ini sekuat yang aku bisa. Berharap aku masih bisa sampai tepat waktu di sekolah walaupun rasanya sudah mustahil. Ketika aku sampai di pintu gerbang sekolah, Pak Ujang satpam sekolah sudah hendak menutup pintu gerbang. Aku kayuh sepeda kuat-kuat hingga akhirnya kejadian naas itu tak terhindarkan. Braaaakk.... Aku menabrak gerbang sekolah. Pak Ujang panik dan langsung membuka pintu gerbang untukku.
“Neng tidak apa-apa kan? Ada yang luka?” Katanya panik.
“Ahh,,tidak apa-apa kok. Oh iya tolong nitip sepedanya ya?” Aku berlari menuju halaman depan sekolah menuju ke kelasku. Aku sekarang duduk di bangku kelas dua SMA Harapan Bangsa.
                Aku menghentikan langkahku tepat di depan pintu masuk kelas. Aku tarik napas dalam-dalam sebelum siap menerima apa yang akan terjadi setelahnya. Hari ini adalah jadwal mata pelajaran matematika Pak Dengki. Sumpah, galaknya minta ampun. Aku sudah beberapa kali terlambat setiap jam mata pelajaran dia. Dan aku yakin sekarang pasti tak ada ampun.
Tok tok tok tok... Pintu kelas aku ketuk.
“Masuk” Suara berbahaya itu akhirnya terdengar. Bulu kudukku merinding sampai ke ubun-ubun. Aku melangkahkan kaki yang terasa sangat berat ini ke dalam kelas. Sulit sekali. Seakan ada beban seratus kilo yang terpasang di sepatuku.
“Kiki? Kamu terlambat lagi?” Katanya lembut.
Aku bingung. Entah kesambet setan apa guruku ini. Mengapa dia berkata dengan sangat sopan.
“iya pak” jawabku lemas.
“ooo” katanya.
“saya boleh duduk Pak?” tanyaku ragu.
Sebelum menjawab, dia menyunggingkan senyum penuh pertanyaan yang sangat menyeramkan. Menampakkan semua gigi dan sebuah gigi emas di bagian rahang atas. Seperti rentenir yang sedang menagih hutang dengan memasang patokan bunga yang tinggi.
“tentu saja tidak boleh. Sekarang kamu berdiri di depan, angkat satu kaki, dan pegang kedua telinga kamu” bentaknya.
Akhirnya. Dia menampakkan sifat aslinya. Semua teman sekelasku tertawa. Entah apa ada yang lucu.
                Bel istirahat pun berbunyi. Akhirnya penderitaanku ditutup dengan segepok tugas tambahan dari Pak Dengki. Mungkin kalau aku jadi perampok suatu hari nanti, akan kucabut paksa gigi emasnya. Agar dia tidak pernah lagi menyunggingkan senyum yang mengenaskan itu.
“Kiki kiki, kamu terlambat lagi” kata Ana.
“iya Ki. Emangnya kamu nggak bisa datang pagi-an dikit napa?” tambah Noni.
“yah bukannya gitu. Semalam aku begadang ngerjain tugas” jawabku.
“tugas apaan?” tanya Ana
“eheheh,, gak tau deh tugas apaan” timpalku.
“huuu, bilang aja kalau kamu tidurnya itu kaya kebo. Biar dibangunin kaya apa pun gak akan bangun deh” kata Nevan sambil memukul kepalaku.
“Ehh Ki, apaan tuhh di jidad lo? Gede amat?” kata Nevan.
“apaan?”  tanyaku
“ itu tuh” kata Nevan sambil menunjuk bulatan besar jerawat di jidadku.
“ Jerawat, itu jerawat Ki.” Kata Ana.
“Ohh My Goodd” teriakku histeris.
                Astaga ada sebuah bulatan besar merah di jidad aku. Jerawat itu seakan mengubahku menjadi pemain film India yang menari di hamparan tanaman bunga sambil berlari-lari dikejar oleh cowonya.
“mimpi apa aku semalam? Gimana ini? Hari ini aku ada casting lagi.” Jawabku murung.
“casting?” teriak Ana, Noni dan Nevan bersamaan.
“ emangnya loe mau jadi artis?” ejek Nevan
“ ya iya, nyoba-nyoba aja. Soalnya otak aku kan gak bisa di otak-atik lagi tuh supaya encer, jdi mungkin aku lebih beruntung di dunia entertaint. Kan jadi artis gak perlu pinter. Hahahahahah” kataku menjelaskan.
Ana, Noni, dan Nevan bingung. Mereka saling bertatapan satu sama lain dengan wajah yang terlihat terkejut dan sangat sangat heran.
“kalian kenapa sih? Kalau aku jadi artis kan, kalian juga yang kecipratan terkenalnya.”
“gak salah Ki? Loe jadi artis?” kata Nevan heran.
“iya, artis. Yang suka main sinetron itu. Sore ini aku ada casting. Kalian nganterin aku yah. Tapi kita harus cari solusi dulu untuk yang satu ini nih” kataku sambil menunjuk jerawat menjengkelkan di jidadku.
                Sepulang sekolah aku dan teman-temanku mampir ke toko kosmetik untuk membeli obat jerawat. Sebnarnya kalan Nevan tidak keasikan menggoda kakak SPG toko itu, kami mungkin bisa pulang dengan cepat. Tapi, karena ulahnya itu kami malah tertahan di toko selama satu jam. Aku, Ana, dan Noni hanya bisa menonton dan menyaksikan segala rayu gombal Nevan kepada kakak SPG itu dengan sesekali menggeleng-gelengkan kepala.
                Sepulang sekolah, aku memutuskan untuk mandi terlebih dahulu. Setelah mandi, aku mengoleskan obat jerawat itu ke peliharaanku yang tak tau di untung itu. Jerwat besar merah di jidadku. Setelah itu, aku merebahkan diri di ranjang sambil bersantai. Masih ada sekitar 45 menit tersisa sebelum aku bersiap-siap ke tempat casting bersama Nevan, Noni, dan Ana. Tanpa sadar aku pun tertidur.
                Aku terbangun satu jam kemudian. Aku mengecek Hpku untuk memastikan ada pesan atau panggilan apa saja yang masuk selama aku teridur. Ternyata ada delapan panggilan dari Nevan dan sebuah pesan dari Ana.
KAMU DIMANA KI? KAMI SUDAH ADA DI TEMPAT CASTING. CASTINGNYA SUDAH HAMPIR DIMULAI.
                Tanpa pikir panjang aku langsung berganti pakaian dan berlari ke halaman untuk mengambil sepedaku. Ku ayuh sepeda sekuat tenaga hingga akhirnya aku sampai juga ke tempat casting itu.
“aku belum telatkan” kataku terengah-engah.
Nevan, Noni, dan Ana terdiam. Entah apa yang mereka pikirkan mereka melihatku dari ujung kaki sampai ujung kepala. Dan pandangan mata mereka terhenti tepat di jidadku.
“aku belum telatkan?” ucapku lagi.
“be, belum” kata Ana jelas.
Aku pun pergi untuk mengambil nomor peserta casting. Dan aku pun menunggu hingga nomorku dipanggil.
“coba lihat cewe itu” kata seorang cewe pendek putih.
“iya, lihat. Tampilannya berantakan. Bagaimana mau ikut casting kalau kaya gitu. Pantasnya sih cuman dapat peran gelandangan aja. Hahaha, dan liat tuh jerawatnya gede amat.” Kata teman cewe pendek tadi.
                Mendengar perkataan mereka. Aku jadi naik pitam. Aku berlari ke arah mereka dan menubruk mereka berdua hingga terpental jatuh. Aku membuat kehebohan di tempat casting itu. Entah apa yang aku pikirkan. Mendengar mereka menyebut-nyebut soal jerawat, aku seakan menjadi banteng yang siap menyeruduk dengan ganasnya.
                Aku pun akhirnya di usir dari tempat casting itu. Belum sempat aku menunjukkan bakatku di depan juri, aku sudah dipalingkan muka dari mereka. Teman-temanku juga tak mengatakan apa-apa selama perjalanan pulang. Mungkin mereka terlalu terkejut melihat sikapku yang seperti orang kesurupan dengan penampilan urak-urakan. Persis seperti gelandangan. Aku jadi berpikir. Kenapa aku harus marah mendengar perkataan dua cewe tadi. Padahal itu semuakan benar.
                Pagi harinya, aku sudah tidak terlambat lagi. Memikirkan apa yang telah terjadi kemarin membuatku tidak dapat tidur dengan nyenyak.
                Pada jam istirahat, seperti biasa aku duduk ditaman bersama teman-temanku. Mereka sama sekali tidak membahas kejadian kemarin. Begitupula aku yang sama sekali ingin melupakan kejadian memalukan itu.
                Tiba-tiba Kak Riko dan teman-temannya lewat.
“ Ki, itu Kak Riko” kata Noni
“ iya aku lihat, aku lihat” kataku.
“ emang kamu masih suka sama si Riko itu? Sampai sekarang bahkan kamu belum kenalan ama dia. Bagaimana mau jadian?” ejek Nevan.
“biarin aja. Itu urusan aku”
                Kak Riko adalah kakak kelas aku. Aku sudah lama menyukainya. Sejak masa oreantasi sekolah dulu. Tapi sampai sekarang aku hanya bisa menjadi penggemar rahasianya saja.

TO BE CONTINUED

Blogger news

Blogroll